Minggu, 09 April 2017

Melow

Perlahan namun pasti. Air mata membasahi pipi. Semua kegelisahan meledak hari ini. Hal-hal ringan yang terus dipikirkan berubah menjadi kekhawatiran.
Berkembang menjadi kegelisahan yang diam diam tiap harinya bersemayang dipikiran. Mengendap,tidak nampak tertutupi kebahagiaan yang lebih lihai dipermukaan.
Tapi 'hal ringan' ini selalu pandai mengambil perhatian hampir tiap harinya kala diri sedang lengah. Seluruh perhatianku dicuri olehnya sampai kadang kebahagiaan tidak lagi lihai dipermukaan. lupa cara bersyukur, ikhlas, berbahagia walau sederhana.
Seharusnya aku tidak boleh membiarkan dia terus berkembang menjadi hal yang

Sabtu, 07 Januari 2017

Aku yang Menjadi Rangga

Satu tahun yang lalu.
Tanpa aku sadari dia tumbuh seenaknya didalam diri ini tanpa permisi.
Dia kembali dengan tuan yang berbeda, datang dengan cara yang biasa namun menarik.
Terasa menarik mungkin karena sudah satu tahun juga dia pergi meninggalkan diri ini. Diri ini menyesuaikan kembali ketika dia datang kembali. Agak canggung ketika dia mulai menyapa dengan lembut.
Aku tersipu.
Diri ini tak akan pernah menyangka tuan yang membawanya kembali adalah teman yang sudah dirasa sangat nyaman. Sangat nyaman.
Teman SMA.
Aku tak pernah sangka. Luar biasa.
Dia tumbuh perlahan namun pasti!
Awalnya tidak sadar tuan ini berbeda tingkahnya. Karna tuan memang baik dengan semua orang. Diri ini tidak peka.
Setiap tuan libur kuliah, tuan menyapa sebagai teman lama. Teman dekat.
Jujur saja, dulu aku lebih dekat dengan tuan ini daripada dengan kekasih pada masa.
Nyaman terasa.
Namun..
Dia hancur ditahun lalu. Percayaku pada tuan hilang. Tuan hilang tanpa meninggalkan jejak. Tanpa pamit. Tuan kemana?
Mulai dari situ aku buruk sangka dengan semua lelaki tuan.
Perlahan perlahan ku lepaskan dia, tuan. Berfikir tuan tak memiliki dia.

Seiring berjalannya waktu.
Tuan datang seperti biasa. Sebagai teman. Teman dekat.

Teman yang dulu pernah membuat panas hati kekasih.

Aku juga menganggap tuan biasa. Diri ini sudah lelah tuan, lelah. Rasa percaya tiba tiba runtuh, suudzon dengan semua lelaki.

Tuan datang tepat waktu. Terima kasih banyak tuan. Saat diri ini memang membutuhkan sandaran, membutuhkan teman untuk bertukar pikiran. Penyemangat diri. Sedang praktik ditahun kedua.
Tuan datang,membantu menenangkan diri ini yang kadang gentar, runtuh, hampir jatuh, terpuruk. Terima kasih banyak tuan. Terima kasih banyak.
Kembali. Diri ini terlalu lempeng. Terlalu memandang hambar bagaimana tuan. Aku kapok dengan kejadian tahun lalu. Jujur saja, kita kontakan tapi kepercayaan tidak semudah untuk dibangun kembali tuan. Maafkan saya tuan.
Kaget! Tuan bilang tuan membawa dia!
Bingung, kaget. Sangat tidak percaya tuan akan membawa dia. Ayolah tuan, wajar saja aku tak percaya tuan membawa dia. Tuan dulu tertarik dengan nona cantik, mungil, pintar, lucu sekali perangainya. Apalah diri ini tuan yang galak, jutek, susah mencari sisi feminimnya. Benar bukan tuan? Haha teringat ketika tuan bilang "gue pengen liat sisi feminim elu na"
2 bulan kita lebih dekat ya tuan.  Lebih sering chatan diline. Karna kejadian satu tahun juga, aku langsung berfikir sosial media ini hanya halusinasi saja. Dekat di sosial media belum tentu dekat di dunia nyata. Ya ga sih ?
Ketika tuan membawa dia, aku tak percaya. Tuan bertekad mengembalikan kepercayaan itu. Terima kasih tuan, saya hargai usaha tuan.
Hati
Hati ini terenyuh. Diri ini memberanikan diri bahwa dulu aku juga punya dia untuk tuan. Namun hancur. Tuan paham. Senang rasanya. Tapi tuan..
Sekali lagi maafkan diri ini. Aku seperti tidak bisa menjalani ini lebih lanjut. Karna insya Allah aku bertekad tuan. Bodoh memang, aku ingin sendiri namun hati memiliki dia. Sakit sendiri sudah diri ini.
Tuan kecewa. Ku telfon tuan. Kita berbincang kurang lebih 120 menit. Sesungguhnya dada ini sesak tuan. Tidak sanggup. Tuan sangat baik. Tuan membuat nyaman. Maafkan tuan maafkan. Saya mohon maaf tuan.
Kita selesai.
Kemarin. Tepat 2 hari yg lalu. Tuan kembali. Terasa sekali tuan berbeda dengan yg biasanya. Tuan seperti membuat jarak. Maaf, tuan garing. Mungkin ini tuan yang baru.
Mungkin tuan sengaja. Tuan kapok dengan diri ini. Maafkan aku tuan.
Diri ini terkadang suka mengharapkan lebih dari tuan, mengingat kejadian sebelum tuan kecewa dan berakhir semua. Tapi apa daya.
Berhayal terus semakin tinggi semakin sakit pula jatuhnya.
Aku akan mencoba tuan. Kalo tuan ingin begini, baiklah tuan. Maafkan saya tuan. Saya mohon maaf.
Terima kasih banyak atas pemberian lebih tuan. Terima kasih banyak. Maafkan saya belum membalas ini semua. Saya berperan jahat disini. Saya akui.

Saya seperti Rangga pada Cinta.